Nanang Samodra Lakukan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI Tahap V

Rabu, 27 Agustus 2025 19:54

nanang lombok

Anggota MPR RI Dr H Nanang Samodra melakukan sosialisasi 4 Pilar MPR RI tahap V Rabu, 30 Juli 2025.

Peserta terdiri atas pegiat UMKM, tokoh agama, pegiat perempuan, perangkat desa, dan masyarakat umum Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.

Selalu narasumber, Nanang Samodra  memaparkan secara panjang lebar mengenai Kemerdekaan Indonesia.

Ditegaskan mantan sea NTB ini, pada tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba.

Peristiwa itu merupakan puncak dari perjalanan panjang perjuangan bangsa melawan penjajahan.

"Perjuangan dimulai dari perlawanan bersenjata lokal, tumbuhnya kesadaran nasional, pergerakan kebangsaan, pendudukan Jepang, hingga momentum akhir menjelang Proklamasi," jelas Nanang Samodra. 

Pada pembahasan selanjutnya
diuraikan perjalanan krusial menuju detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Dari mulai situasi Indonesia menjelang akhir pendudukan Jepang, peristiwa penting yang terjadi setelah Jepang mengalami kejalahan, sampai pada proses perumusan naskah Proklamasi.

Situasi yang terjadi pada saat Pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai tahun 1945, pada awalnya disambut sebagai "saudara tua".

Awalnya Jepang dianggap pembebas dari Barat, namun pada kenyataannya ternyata Jepang lebih eksploitatif dan represif.

Jepang membubarkan organisasi pergerakan nasional dan membentuk organisasi buatan untuk mobilisasi dukungan perang.

Namun dibalik semua itu dengan dibentuknya tentara sukarela justru melatih dan mempersenjatai pemuda Indonesia, yang dikemudian hari menjadi tulang punggung perjuangan bersenjata bagi rakyat Indonesia.

"Kekalahan Jepang di berbagai front Pasifik dalam menghadapi Sekutu pada tahun 1944 membuat Jepang mengubah strateginya dengan menjajikan kemerdekaan Indonesia melalui pembentukan BPUPKI," jelas politisi Partai Demokrat itu. 

Turut dijabarkan, sidang BPUPKI telah merumuskan Pancasila sebagai dasar negara dan membuat rancangan UUD.

Jepang membentuk PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945 sebagai pengganti BPUPKI, dengan menunjuk Soekarno sebagai ketua dan Mohammad Hatta sebagai wakil ketua.

PPKI bertugas melanjutkan hasil kerja BPUPKI dan mempersiapkan penyerahan kekuasaan.

Sementara itu Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus 1945 setelah Sekutu menjatuhkan bom atom pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 masing-masing di Hiroshima dan Nagasaki.

Menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada Sekutu telah menciptakan situasi kekosongan kekuasaan di Indonesia.

Tentara Jepang masih ada tetapi tidak memiliki legitimasi untuk memerintah, sementara itu Inggris atas nama Sekutu belum juga datang.

 

Mendengar berita tentang menyerahnya Jepang tapa syarat kepada Sekutu melalui siaran radio luar negeri golongan para pemuda saat itu mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa harus menunggu PPKI atau campur tangan Jepang sama sekali.

Mereka menganggap PPKI adalah bentukan Jepang dan kemerdekaan harus diraih dengan kekuatan sendiri.
Soekarno-Hatta, masih mempertimbangkan aspek kekuatan militer Jepang yang masih bersenjata lengkap di sekitar mereka dan proses kemerdekaan yang sedang berjalan melalui PPKI.

Mereka lebih ingin berhati-hati dan menunggu kepastian terlebih dahulu.

"Ketegangan memuncak terjadi antara golongan tua yang lebih bersikap diplomatis dengan golongan muda yang revolusioner," cerita Nanang Samodra. 

Dini hari tanggal 16 Agustus 1945, golongan pemuda membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok untuk mengamankan mereka dari pengaruh Jepang dan mendesak percepatan proklamasi.

Tujuan mereka membawanya ke Rengasdengklok agar Soekarno-Hatta terbebas dari tekanan Jepang dan bersedia segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.

Di Rengasdengklok, terjadi dialog intensif antara Soekarno-Hatta diwakili Ahmad Subardjo dengan golongan pemuda diwakili Wikana, yang menghasilkan kesepakatan bahwa Proklamasi akan dilaksanakan secepatnya di Jakarta paling lambat tanggal 17 Agustus 1945.

Sekembali dari Rengasdengklok ke Jakarta malam itu juga mereka mengadakan pertemuan di rumah Laksamana Maeda, seorang perwira tinggi Jepang yang bersimpati kepada kemerdekaan Indonesia, guna menyusun naskah proklamasi.

Rapat perumusan naskah proklamasi dihadiri oleh: Soekarno, Hatta, Ahmad Subardjo, serta tokoh-tokoh lain seperti Soekarni, B.M. Diah, Sudiro, dan Sayuti Melik.

"Naskah dirumuskan oleh Soekarno, Hatta, dan Ahmad Subardjo," jelasnya. 

Kalimat pertama kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia berasal dari pembukaan UUD hasil BPUPKI.

 

Kalimat kedua hal hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja, merupakan rumusan Ahmad Subardjo, yang mencerminkan transisi kekuasaan.

Selanjutnya naskah diketik oleh Sayuti Melik atas usul Soekarno dengan beberapa perubahan saat pengetikan.

Naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ditandatangani atas nama bangsa Indonesia oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.

Pagi hari 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Naskah Proklamasi dibacakan dala acara yang sederhana namun khidmat dengan dihadiri oleh tokoh-tokoh pergerakan, pemuda, dan masyarakat.

Setelah itu Bendera Sang Saka Merah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan oleh Latief Hendraningrat dan Suhud Sastro Kusumo, disaksikan seluruh hadirin.

Dengan telah dibacakannya Naskah Proklamasi yag dilanjutkan dengan pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih maka Republik Indonesia dinyatakan telah berdiri secara resmi.

Setelah paparan oleh narasumber, kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Adapun pertanyaanya antara lain:

Memperhatikan tahapan dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia, terlihat ada campur tangan dari fihak Jepang, berarti tanpa adanya bantuan Jepang kita tidak bisa, merdeka pada, saat itu, mohon pencerahan.

 

Pokok-pokok penting apa saja yang disampakan oleh para pemuda yang membawa para tokoh-tokoh tua pada saat itu, sehingga para tokoh tua setuju untuk mempromosikan Negara Republik Indonesia secepatnya.

Mengapa Laksamana Maeda berani memasang badan untuk melindungi para proklamator pada saat pembahasan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di kediamannya.

Bagaimana sikap Sekutu setelah mengetahui bahwa Indonesia telah memerdekakan diri, terlebih Belanda yang merasa bahwa sebelumnya Jepang telah merebut Indonesia dari Belanda.

Apakah dalam proses persiapan sampai dengan pembacaan Naskah Proklamasi, juga terjadi pertumpahan darah. 

"Semua pertanyaan itu kamis diskusikan dengan data dan fakta sejarah," tutup Nanang Samodra. (yuk/r6) 

( sumber : lompost.jawapos.com )


Berita Lainnya

Nasional

Demokrat Bangkalan Peringati Harlah ke-24 dengan Virtual Meeting dan Aksi Sosial

Nasional

Peringati HUT, Kader Demokrat Zulfikar Suhardi Berbagi dan Mohon Doa untuk Kemajuan Bangsa

Nasional

HUT ke-24 Partai Demokrat di Kabupaten Sukabumi: Semangat Peduli dan Berbagi, Wujudkan Sukabumi yang Mubarokah

Nasional

Fraksi Partai Demokrat DPR RI Gelar Bakti Sosial dalam Rangka HUT ke-24 Partai Demokrat

Nasional

Staf KBRI Peru Tewas Ditembak, Legislator Minta Evaluasi SOP Keamanan

Nasional

Sambut HUT Demokrat: HT Ibrahim Serap Aspirasi Warga di Aceh Besar, Bagikan Ratusan Sembako

Nasional

Dari Alun-Alun ke Warung Rakyat: Jejak Cinta Iman Adinugraha untuk UMKM

Nasional

Duka untuk Affan, Frederik Kalalembang Ingatkan Polri Untuk Adil, Bijak, dan Humanis

Berita: Nasional - Demokrat Bangkalan Peringati Harlah ke-24 dengan Virtual Meeting dan Aksi Sosial •  Nasional - Peringati HUT, Kader Demokrat Zulfikar Suhardi Berbagi dan Mohon Doa untuk Kemajuan Bangsa •  Nasional - HUT ke-24 Partai Demokrat di Kabupaten Sukabumi: Semangat Peduli dan Berbagi, Wujudkan Sukabumi yang Mubarokah •  Nasional - Fraksi Partai Demokrat DPR RI Gelar Bakti Sosial dalam Rangka HUT ke-24 Partai Demokrat •  Nasional - Staf KBRI Peru Tewas Ditembak, Legislator Minta Evaluasi SOP Keamanan •  Nasional - Sambut HUT Demokrat: HT Ibrahim Serap Aspirasi Warga di Aceh Besar, Bagikan Ratusan Sembako •  Nasional - Dari Alun-Alun ke Warung Rakyat: Jejak Cinta Iman Adinugraha untuk UMKM •  Nasional - Duka untuk Affan, Frederik Kalalembang Ingatkan Polri Untuk Adil, Bijak, dan Humanis •