Anggota Komisi IX DPR, Cellica Nurrachadiana menekankan, pentingnya perhatian serius terhadap tingginya angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang saat ini menduduki peringkat pertama secara nasional.
Dia mendorong adanya kolaborasi lintas sektor untuk menekan prevalensi stunting di wilayah tersebut.
"Stunting di NTT ini krusial dan memerlukan intervensi dari semua pihak. Kita harus bersama-sama menurunkan angka stunting," ujar Cellica saat kunjungan kerja reses Komisi IX DPR ke Kupang, dikutip dpr.go.id Senin (11/8/2025).
Salah satu persoalan utama, kata Cellica, adalah ketidaktersediaan vaksin bagi bayi baru lahir. Isu ini akan dibahas Komisi IX bersama Kementerian Kesehatan, termasuk pemerataan layanan kesehatan, ketersediaan obat, sarana-prasarana, SDM, digitalisasi, dan distribusi vaksin hingga ke daerah terpencil.
Selain itu, kekurangan tenaga medis juga menjadi sorotan, di mana SDM kesehatan baru terpenuhi 29%, sementara 71% puskesmas masih kekurangan tenaga. Kondisi ini menyulitkan pelaksanaan program pemeriksaan kesehatan gratis yang memerlukan tenaga unggul di layanan primer.
Dia turut menyoroti banyaknya pekerja migran perempuan asal NTT, mayoritas lulusan SD, yang bekerja di luar negeri. Fenomena ini dinilai memengaruhi pola asuh anak dan berpotensi menjadi salah satu penyebab stunting.
Ia mendorong pendataan akurat, intervensi berbasis data, serta pemanfaatan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di daerah rawan stunting agar program tepat sasaran.
"Dengan kolaborasi pemerintah pusat, daerah dan mitra Komisi IX, saya optimis NTT bisa lebih maju dan angka stunting bisa ditekan," pungkasnya.
( sumber : rm.id )