fraksidemokrat.org—Jakarta. Selain berbicara tentang operasi militer selain perang (OMSP) dalam seminar yang diselenggarakan Fraksi Partai Demokrat (FPD), Senin (12/10/2015), Anggota Komisi I DPR RI dari FPD, Mayjen (Purn) Salim Mengga juga menyampaikan kegelisahannya tentang ‘kesulitan’ TNI menjadi kuat karena faktor anggaran. Menurut Mengga, baik dalam operasi militer perang (OMP) maupun OMSP, tentara di manapun harus didukung anggaran yang cukup agar bisa maksimal.
‘’Tugas operasi baik perang maupun selain perang, harus didukung anggaran yang baik. Tanpa anggaran yang cukup, mimpi punya TNI yang kuat,’’ katanya.
Mengga pun bercerita. Ketika harus mencetak seorang penembak (senjata) Canon yang mahir, TNI hanya menyediakan 3 (tiga) butir peluru untuk latihan. ‘’Saya ke Amerika, saya tahu, di sana seorang penembak Canon yang mahir latihan dengan 90 butir! Bayangkan, jauh sekali bedanya,’’ kata Mengga.
Dalam catatanya, alutsista (alat utama sistem pertahanan) TNI juga sejak dulu memprihatinkan. Banyak tank yang tidak bisa jalan, katanya, bukan karena rusak. ‘’Tank-tank kita tidak jalan karena tidak ada bahan bakar.’’
Meski terdengar memancing senyum, Mengga menyampaikan realitas yang serius. Dalam nada yang sama, Jenderal (Purn) Moeldoko, mantan Panglima TNI yang juga menjadi pembicara seminar mengungkapkan sebuah kisah kecil: ‘’Tentara yang pegang tank ditanya. Apakah Tank sudah dipanaskan? Jawabnya, sudah. Pake sinar matahari,’’ kata Moeldoko disambut tawa peserta seminar.
Kondisi ironis ini menurut Mengga harus segera diatasi. Ia antara lain meminta Panglima TNI terus mengupayakan pengajuan anggaran yang maksimal.
‘’Di DPR saya katakan pada Panglima, berani nggak bilang ke pemerintah, butuh anggaran segini. Kalau cuma sekian, kami nggak sanggup. Jadi anggaran harus terus menerus diperjuangkan oleh Panglima TNI. Kita di Komisi I mendorong mereka menaikkan anggarannya. Ada institusi lain disuruh naik 10 Triliun, eh TNI malah turun 7 triliun dari tahun sebelumnya,’’ katanya sambil menyebutkan bahwa perkembangan militer kawasan sangat luar biasa.
‘’Vietnam menaikkan 3 kali lipat. China 1.900 T, sementara kita hanya sekitar 95,7 T pada 2016. Dari sisi anggaran, kita ketinggalan, bagaimana mau kuat,’’ tambahnya.
Hal lain, menurut Mengga, kebijakan pengadaan alutsista selayaknya juga disesuaikan dengan ancaman bencana. ‘’Contohnya alat transportasi, pesawat atau kapal laut. Seharusnya juga harus memiliki kemampuan lebih dari sekadar untuk kebutuhan operasi perang. Mampu mengangkut alat berat, bahan bangunan dan semacamnya untuk menjangkau daerah bencana secara cepat. Ini dalam konteks OMSP. Jadi bukan hanya alutsista perang tapi multifungsi. Kapal laut TNI kita tidak bisa angkut alat yang lebih berat.’’
Tentang TNI yang belum kunjung menonjol setidaknya di kawasan Asia, atau bahkan Asia Tenggara, Mengga menyebut bahwa ketika zaman Orde Baru, TNI tidak pernah protes soal anggaran. ‘’Jadi Panglima TNI dulu, zaman TNI ditanya Presiden, berapa kebutuhan TNI? Jawabnya, berapapun diberikan, TNI siap. Ini yang menyebabkan kita masih terendah di Asia,’’ kata Mengga. (tim media)